“Puisi adalah seni dari segala seni," adalah kutipan dari perkataan Popo Iskandar seorang pelukis dan budayawan dari Bandung.
Puisi adalah pernyataan dari keadaan atau kualitas hidup manusia. Membaca puisi berarti berusaha menyelami diri sampai ke intinya. Apabila seseorang ingin menikmati puisi, ia harus memiliki kemampuan untuk menempatkan dirinya sebagai penyair.
Ada sebuah cerita. Tersebut sang penyair Moh. Iqbal kelahiran Sialkot – Punjab 22 Februari 1873, keturunan dari Brahmana yang berasal dari Kashmir. Ia membacakan sebuah puisi karyanya di depan seorang filosof besar Prancis, yang ketika itu sakit lumpuh dan ia dapat terlompat berdiri dari kursinya, karena tergugah oleh keadaan isi puisi sang penyair (judul: LA TASUBU DZAHRA--Jangan Melalaikan Waktu).
Isi puisi itu mengambil tema dari hadist Nabi.
Timbul pertanyaan pada diri kita, mengapa bisa terjadi seperti itu? Jawabnya tidak lain adalah, karena karya cipta sastra (terutama puisi) lebih dekat dengan kehidupan kita. Puisi digali dari kehidupan. Jadi, antara hidup dan puisi tak ada jarak pemisah, hidup adalah manifestasi puitis.
“Saya mencintai puisi,” kata sang penyair, “sebagaimana saya mencintai hidup ini.”
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran/tujuan makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair?
Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain:
(Sumber: http://lumintu.multiply.com)
Artikel yang masih berhubungan :
- Pengertian Puisi
- Fungsi Puisi
- Jenis-Jenis Puisi
- Lima Tahap Proses Penulisan Puisi
- Menulis Puisi Itu Gampang?
- Cara Membaca Puisi
- Kredo Puisi
- Musikalisasi Puisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar