SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PUNCAK PERINGATAN HARI IBU KE-78 TAHUN 2006
TMII, JAKARTA
------------------------------------------
22 DESEMBER 2006
PADA ACARA
PUNCAK PERINGATAN HARI IBU KE-78 TAHUN 2006
TMII, JAKARTA
------------------------------------------
22 DESEMBER 2006
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua
Yang saya hormati Ibu Negara dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla, yang saya hormati Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia beserta Bapak Sri Edi Swasono, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, beserta Ibu dan Bapak.
Yang mulia para Duta Besar Negara-negara sahabat, yang saya cintai para sesepuh, para senior dan para Pimpinan Organisasi Kewanitaan Nasional.
Yang saya hormati para Gubernur, para Bupati dan para Walikota.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Marilah sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, hari ini kita dapat menghadiri Puncak Peringatan Hari Ibu ke-78. Dalam kesempatan yang membahagiakan ini, saya beserta ibu negara menyampaikan ucapan selamat hari ibu kepada kaum perempuan di seluruh tanah air. Saya berdo’a kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, semoga peringatan Hari Ibu kali inidapat mendorong kaum perempuan untuk berkarya lebih baik lagi bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Hadirin yang saya hormati,
Setiap tahun kita memperingati Hari Ibu. Peringatan hari ini, kita selenggarakan untuk mengenang kembali perjuangan kaum perempuan pada masa pergerakan kemerdekaan. Selain itu, peringatan ini kita lakukan untuk mendorong kaum perempuan, untuk bangkit menyejajarkan diri dengan kaum laki-laki, agar dapat meningkatkan agar karya dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara.
Sejak masa awal perjuangan kemerdekaan, kaum perempuan telah menunjukkan peran sertanya dalam memperjuangkan kemerdekaan. Di awal abad kedua puluh, sebagaimana tadi dibacakan menyangkut sejarah pergerakan kaum perempuan membentuk suatu wadah yang dikenal dengan perserikatan Perempuan Indonesia (PPPI). Wadah ini lahir dari kongres Perempuan Indonesia Pertama kali di Yogyakarta, pada tanggal 22-25 desember 1928, dua bulan kurang lebih setelah Sumpah Pemuda digelorakan yang dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di pulau Jawa dan Sumatera. Mengingat pentingnya kongres itu, maka tanggal 22 desember, kita tetapkan dan kita peringati sebagai Hari Ibu.
Tujuh puluh delapan tahun setelah kongres PPPI itu, telah banyak kemajuan yang dicapai oleh perempuan Indonesia. Perempuan sekarang ini telah berpartisipasi di hampir semua profesi. Dokter, pengacara, insinyur, pengusaha, anggota parlemen, ilmuwan bahkan polisi dan militer, telah menjadi profesi yang biasa bagi kaum perempuan. Di kalangan pemerintahan, perempuan telah bisa menduduki jabatan yang selama ini hanya bisa diduduki oleh kaum lelaki, seperti jabatan-jabatan bupati, walikota, gubernur, bahkan Wakil Presiden dan Presiden. Baru-baru ini, saya memberikan penghargaan adhi makayasa kepada seorang Polisi Wanita yang menjadi lulusan terbaik Akademi Kepolisian. Ini membuktikan, bahwa kaum perempuan jika diberikan kesempatan, juga mampu berprestasi, dan memberikan konstribusi kepada bangsa dan negara, sebagaimana juga kaum lelaki.
Namun demikian masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk melindungi, melayani dan meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, dalam rangka hari ulang tahun Dharma Wanita Persatuan, saya menjelaskan empat hal, empat agenda yang menjadi fokus kebijakan pemerintah mengenai perempuan. Yang pertama adalah perlindungan terhadap kaum perempuan, dari kekerasan, kejahatan dan penderitaan yang ekstrm. Kedua, peningkatan kualitas hidup perempuan sesuai dengan kreteria indeks Pembangunan Manusia atau human development index. Ketiga, memajukan dan mengembangkan kaum perempuan di segala bidang baik politik, ekonomi maupun sosial sesuai dengan judul “Beijing declaration of 1995” . Keempat, memastikan bahwa tataran kehidupan, undang-undang, dan peraturan-peraturan lainnya harus adil, tidak bias gender dan tidak diskriminatif.
Tentu saja hadirin sekalian, keempat langkah besar itu bukan hanya menjadi tugas Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, tetapi juga menjadi tugas setiap menteri, gubernur, bupati dan walikota untuk melaksanakannya. Pengarusutamaan perlindungan dan pelayanan kepada kaum ibu dan anak-anak adalah tugas kita semua.
Di bidang politik, telah banyak pula kemajuan yang dicapai oleh kaum perempuan. Namun, tantangan utamanya adalah menciptakan peluang yang adil baik bagi laki-laki maupun perempuan, untuk menjadi wakil rakyat di DPR maupun DPRD. Itulah sebabnya beberapa waktu lalu di depan Kaukus Perempuan Parlemen seluruh Indonesia, saya mengusulkan penyempurnaan sistem Pemilu untuk Pemilu yang akan datang.
Sistem Pemilu yang adil bagi semua adalah sistem proporsional terbuka tanpa nomor urut. Dengan sistem ini siapa yang mendapat suara terbanyak, laki-laki atau perempuan, di dalam partai masing-masing otomatis terpilh sebagai wakil rakyat, jika partainya mendapatkan kursi. Sistem ini baik bagi rakyat, karena rakyat akan benar-benar mendapatkan wakilnya, wakil yang dipilihnya. Sistem ini juga baik bagi partai, karena semua calonnya akan bersungguh-sungguh bekerja keras untuk mendapatkan suara rakyat. Dengan demikian tak perlu lagi ada istilah “nomor sepatu” atau “nomor jadi”, yang dapat saja, tidak selalu bersifat diskriminatif.
Hadirin yang saya muliakan,
Peringan Hari Ibu ke-78 kali ini, bertepatan dengan peringatan sepuluh tahun Program Gerakan Kasing Sayang Ibu. Gerakan Kasing Sayang Ibu, yang bertujuan untuk meningkatkan apresiasi, perhatian dan penghormatan kepada kaum ibu, telah berlangsung satu dasawarsa. Namun, hasil yang kita capai terus terang masih jauh dari yang kita harapkan harus kita tingkatkan, agar kehidupan keluarga dari waktu ke waktu makin sejahtera. Oleh karena itu, Gerakan Sayang Ibu ini perlu terus menerus dijalankan sengan sungguh-sungguh dan berkesinambungan, di seluruh wilayah tanah air.
Hadirin sekalian,
Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menegaskan bahwa pemerintah berupaya memberikan perhatian yang tinggi, terhadap upaya mewujudkan kesejahteraan keluarga, keadilan dan kesetaraan gender. Pemerintah, juga berkepentingan untuk memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak-anak. Saya melihat, perempuan Indonesia merupakan potensi dan aset yang luar biasa, tidak saja karena melihat jumlahnya, tapi juga karena kecenderungan watak dan karakternya yang terbuka, tekun, penyabar, dan jujur, tidak boleh terlalu GR. Watak seperti ini, nantinya akan mampu menjadi kelompok masyarakat yang tangguh , terbuka, demokratis, dan berdedikasi tinggi. Watak seperti ini pulalah yang sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
Sang Garuda, yang membawa semangat dan jiwa pancasila, tidak mungkin terbang tinggi jika hanya menggunakan satu sayapnya saja, yaitu sayap laki-laki. Garuda Pancasila hanya dapat terbang menembus awan jika kedua sayapnya, laki-laki dan perempuan, mengepak bersama dan bersinergi. Marilah kita satukan kekuatan, potensi dan energi yang kita miliki bersama.
Pada kesempatan yang baik ini pula, saya mengingatkan bahwa kita perlu membangun kembali ketahanan keluarga. Ketahanan Keluarga, hany dapat dibangun melalui individu yang memiliki kecintaan terhadap keharmonisan keluarga. Membangun suatu keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Ketahanan suatu bangsa akan dapat diwujudkan, jika dilandasi oleh ketahanan keluarga.
Ibu-ibu, bapak-bapak hadirin sekalin yang saya muliakan
Pada kesempatan yang sungguh baik ini, saya ingin menintipkan satu pesan menyampaikan harapan dan ajakan tentang bagaiman kaum perempuan, wanita Indonesia lebih berperan lagi di masa kini dan masa depan untuk membangun kehidupan masyarakat yang kita cintai bersama. Kalau boleh saya mengatakan harapan khusus saya kepada kaum wanita, maka tiga hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, pelihara harmoni dalam keluarga, dalam rumah tangga, silih asih, silih asuh, silih asah. Akhirnya kemanapun kita berkarya, melanglang buana siang dan malam, rumah kita adalah keluarga. Hati kita adalah keluarga.
Mari sama-sama, karena berlaku juga bagi saya, marilah memelihara harmoni di dalam keluarga kita. Yang kedua, saya pesan pada ibu-ibu terutama mari kita selamatkan putra-putri kita. Ibu-ibu berjuang ketika putra-putri dilahirkan, ibu-ibu berjuang ketika anak-anak kita merangkak, belajar untuk hidup pada usia atau mereka berusia lima tahun. Saya setiap datang ke daerah selalu menyempatkan untuk melihat Puskesmas, Posyandu, kemarin di Karang Anyar saya bicara satu persatu, dengan PKK di situ, dengan bidan, dengan dokter dan ternyata, senang teduh hati saya, ketika mereka melakukan segala sesuatunya untuk menyelamatkan, meskipun baru dalam aspek kesehatan pada anak-anak kita.
Tugas itu belum rampung, mari kita selamatkan perjalanan sang anak jangan terjerumus dalam kekerasan, jangan terjerumus dalam kejahatan narkoba, jangan terjerumus perilaku yang jauh dari kesusilaan dan kepatutan. Sesibuk apapun seorang ibu, seorang ayah, marilah kita memberikan perhatian, bimbingan, asuhan agar anak-anak kita itu tumbuh selamat menjadi putra-putri bangsa yang tentu kelak akan melanjutkan gerak pembangunan bangsa yang kita cintai ini.
Dan titipan saya ketiga, sekarang ini kita sedang menggalakan pembangunan komunitas lokal, pedesaan, kecamatan, yang ternyata dalam banyak hal justru lebih tepat, lebih efektif di dalam mengurangi kemiskinan. Menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendidikan, meningkatkan kesehatan, menciptakan rasa tentram dan lain-lain. Sebagaimana saya lihat banyak tempat di tanah air kita ini, saya mengundang, saya mendorong, saya berharap dalam konteks itu pemberdayaan masyarakat lokal menuju ke tingkat kesejateraan yang lebih tinggi, ibu-ibu harus berpartisipasi dan berkontribusi secara aktif. Banyak bukti kegiatan ibu-ibu dalam koperasi, usaha kecil dan menengah, kerajian tangan, meningkatkan kebersihan lingkungan yang ternyata menjadi motor penggerak yang luar biasa. Lakukan itu agar seluruh tanah air, kantong-kantong komunitas itu benar-benar tumbuh secara berseri, bersih, sehat, rapi dan indah menuju ke tingkat kesejahteraan yang hakiki. Ini titipan saya dan titipan satunya lagi adalah kita semua berbicara tentang perlindungan, pemberdayaan, dan kemajuan kaum perempuan, protection and empowerment and promotion a women.
Saya pernah membaca sebuah kegiatan dan program yang dilakukan oleh Old China Women Federation di Republik Rakyat Tiongkok, saya senang membaca termasuk bagaimana kiprah kaum perempuan di banyak negara di dunia ini. Yang baik bisa kita contoh, yang tidak baik tidak perlu kita contoh. Di negeri kita banyak yang luar biasa, banyak yang lebih unggul, meskipun kita juga jangan malu untuk mencontoh apa yang baik dari negara lain dan bangsa lain.
Dalam meningkatkan peran kaum perempuan di dalam upaya pemberdayaan dan kemajuan, janganlah hanya menggantungkan pihak lain yang melakukan misi itu. Perempuan sendiri bisa melakukan upaya pengembangan dirinya yang kita sebut self development. Nah, bicara self development saya menangkap satu esensi dari apa yang saya pelajari itu ternyata kaum perempuan harus mengembangkan, menghidupkan yang disebut dengan self respect menghormati diri sendiri. Menjaga martabatnya sendiri, jangan melakukan sesuatu yang ternyata hanya merendahkan derajat dan martabat kaum perempuan sendiri. Mulailah dengan self respect menghormati diri sendiri.
Yang kedua dengan banyak contoh, wanita bisa sukses di banyak tempat di cabang profesi, Ibu Megawati pernah menjadi Wakil Presiden dan Presiden di negeri ini. Artinya di seluruh dunia ini banyak peluang, kesempatan yang bisa diraih oleh kaum perempuan.
Oleh karena itu mulai dengan self confidence keyakinan pada diri sendiri. Kalau kaum lelaki bisa kaum perempuan insya Allah bisa. Bukan sombong, bukan over confidence bukan kepercayaan diri berlebihan tapi memang punya selt confidence keyakinan diri.
Yang ketiga, jangan terbiasa sangat tergantung dengan pihak lain, kemandirian dalam arti yang sehat, yang positif diperlukan self reliance yang terakhir ibu-ibu kaum perempuan bisa mengembangkan dirinya, bisa membaca, bisa belajar, mengikuti pelatihan pendidikan apapun. Oleh karena itulah self improvement diperlukan. Saya yakin setelah negara ini, bangsa ini, pemerintah ini, semua ingin melindungi, memberdayakan dan memajukan kaum perempuan ditambah dengan prakarsa internal, kegiatan internal kaum perempuan sendiri makin cepat, cita-cita kita untuk meningkatkan harkat, martabat, peran dan posisi kaum perempuan di negeri tercinta ini.
Itulah yang dapat saya sampaikan, hadirin sekalian, sekali lagi pada hari yang bersejarah ini, saya menyampaikan ucapan Hari Ibu yang ke-78. majulah kaum perempuan mari kita bangun bangsa dan negara kita bersama-sama.
Sekian
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.
-------------------------
Biro Pers dan Media
Rumah Tangga Kepresidenan
(Sumber : presidensby.info)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar