---------------------------------------------
".......Curhatan ini sebenarnya adalah tantangan buat orang-orang yang menyebut dirinya pendidik. Kalau tantangan ini tidak bisa dijawab oleh para pendidik itu, jangan aneh kalo tiap ulangan banyak anak yang ketahuan nyontek. Banyak anak yang bolos sekolah, atau, yang lebih parah lagi, banyak anak yang akan mencoba bunuh diri. Lalu, haruskah sekolah terus eksis?......."
---------------------------------------------
Sebenarya saya sendiri tidak aneh jika mucul keluhan semacam itu dari siswa. Apakah benar ada keluhan seperti diatas?".......Curhatan ini sebenarnya adalah tantangan buat orang-orang yang menyebut dirinya pendidik. Kalau tantangan ini tidak bisa dijawab oleh para pendidik itu, jangan aneh kalo tiap ulangan banyak anak yang ketahuan nyontek. Banyak anak yang bolos sekolah, atau, yang lebih parah lagi, banyak anak yang akan mencoba bunuh diri. Lalu, haruskah sekolah terus eksis?......."
---------------------------------------------
Tentu akan lebih jelas jika Anda sendiri menyempatkan waktu untuk iseng-iseng menanyakan langsung kepada para siswa.
Hanya saja anda perlu baca lebih lanjut informasi yang saya dapat senin, 6 desember 2010. Memang info ini sudah lama namun kiranya tidak ada salahnya jika saya sodorkan lagi kepada Anda. Saya dapat dari koran.seveners.com.
Inilah email yang diterima koran.seveners.com. pada tanggal 16 Januari 2007, yang isinya curhat dari seorang siswa.
----------------------------------------------
Berikut kutipan curhatnya :
SEKOLAH bagai neraka buat kami. Pelajaran kami anggap api neraka yang selalu menyiksa kami. Dan guru-guru kami sebut penjaga-penjaga neraka yang selalu memperhatikan apakah kami sudah tersiksa atau belum.Hiperbolis? Tidak! Ini adalah kenyataan yang saya rasakan dan mungkin banyak dirasakan teman-teman yang lain juga.
Nggak percaya? Coba aja lihat gimana reaksi teman-teman ketika ngedenger misalnya, besok libur. Mayoritas dari kami akan bersorak gembira. Hanya sedikit bahkan tidak ada sama sekali dari kami yang akan merasa sedih kalau besok nggak bisa masuk sekolah karena libur. Kalau kami berfikir sekolah itu surga, tentunya kami nggak akan bersorak gembira begitu mendengar kata libur.
Kenapa saya bilang school is hell?
Karena sekolah telah merampas kebebasan kami. Kami dipaksa menyerahkan masa muda kami di lembaga yang penuh penyiksaan itu. Demi masa depan? Kalau benar begitu, lalu kenapa kami banyak mendapatkan pelajaran yang nggak ada hubungannya dengan masa depan kami atau pelajaran yang jelas-jelas susah diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kenapa saya bilang school is hell?
Karena kami sudah mual dijejali oleh banyak materi pembelajaran. Bahkan kami tak sempat mencerna pelajaran di tiap-tiap bab sebab kami harus mempelajari bab berikutnya karena tuntutan kurikulum.
Kenapa saya bilang school is hell?
Karena sekolah tidak memotivasi kamu untuk belajar. Emangnya motivasi itu dateng tiba-tiba? Kiriman Tuhan dari langit? Salah! Motivasi itu bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya. Motivasi itu harus ditumbuhkan.
Sementara sekolah tidak hanya tidak memotivasi. Tetapi sekolah juga telah menghilangkan motivasi belajar kami dengan memberlakukan sistem penilaian angka pada raport. Tujuan kami pergi sekolah pun bukan lagi untuk mencari ilmu, tetapi untuk mengejar nilai raport yang tinggi. Sehingga kami berfikir proses belajar itu nggak penting. Yang penting hasil akhir. Dan itulah yang bikin kami sekarang punya hobi baru: nyontek! Sebab dengan mencontek kami nggak perlu repot-repot menumbuhkan motivasi belajar dan susah-susah belajar. Bukankah yang penting itu nilai akhirnya.
Kenapa saya bilang school is hell?
Karena di sekolah, kami hanya jadi obyek. Kami harus menerima apapun yang guru berikan. Kami tidak diberi kesempatan untuk memilih pelajaran yang kami inginkan. Jadi, sekolah itu buat siapa? Buat kami atau guru? Sebenarnya dengan ngasih kami kesempatan buat milih, kami jadi memiliki rasa tanggung jawab akan pilihan kami. Tapi kalo caranya kaya sekarang, boro-boro tanggung jawab. Yang ada cuma males buat ngedengerin apa yang guru ajarkan.
And last but not least, kenapa saya bilang school is hell?
Karena kami hanya menjadi korban transaksi jual-beli yang dilakukan sekolah sebagai imbas dari program wajib belajar. Kami diwajibkan beli buku ini-itu. Beli barang ini-itu. Padahal nggak sedikit di antara kami yang nggak mampu beli itu.
Sebenarnya masih banyak alasan kenapa saya bilang school is hell. Tapi takutnya keburu enek baca curhatan saya ini.
Curhatan ini sebenarnya adalah tantangan buat orang-orang yang menyebut dirinya pendidik. Kalau tantangan ini tidak bisa dijawab oleh para pendidik itu, jangan aneh kalo tiap ulangan banyak anak yang ketahuan nyontek. Banyak anak yang bolos sekolah, atau, yang lebih parah lagi, banyak anak yang akan mencoba bunuh diri. Lalu, haruskah sekolah terus eksis?***
-----------------------------------
Mengapa begitu negatifnya "sekolah" dimata mereka?
Apa Tanggapan Anda?
Kalau pidato basa sunda yg bertema dengan pendidikan ada tidak....terima kasih
BalasHapus